Minggu, 22 November 2009

Layanan Telematika

Berdasarkan Instruksi Pesiden Republik Indonesia (Inpres) nomor 6 tahun 2001. Pesatnya kemajuan teknologi telekomunikasi, media, dan informatika atau disingkat sebagai teknologi telematika serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah merubah pola dan cara kegiatan bisnis dilaksanakan di industri, perdagangan, dan pemerintah. Perkembanganilmu pengetahuan dan masyarakat informasi telah menjadi paradigma global yang dominan. Kemampuan untuk terlibat secara efektif dalam revolusi jaringan informasi akan menentukan masa depan kesejahteraan bangsa.
Berbagai keadaan menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu mendayagunakan potensi teknologi telematika secara baik, dan oleh karena itu Indonesia terancam "digital divide" yang semakin tertinggal terhadap negara-negara maju. Kesenjangan prasarana dan sarana telematika antara kota dan pedesaaan, juga memperlebar rurang perbedaan sehingga terjadi pula "digital divide" di dalam negara kita
sendiri. Indonesia perlu melakukan terobosan agar dapat secara efektif mempercepat pendayagunaan teknologi telematika yang potensinya sangat besar itu,untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mempererat persatuan bangsa sebagai landasan yang kokoh bagi pembangunan secara berkelanjutan. Di dalam hal ini pemerintah perlu secara proaktif dan dengan komitmen yang tinggi membangunkesadaran politik dan menumbuhkan komitmen nasional,membentuk lingkungan bisnis yang kompetitif, serta meningkatkan kesiapan masyarakat untuk mempercepat pengembangan dan pendayagunaan teknologi telematika secara sistematik.
Indonesia perlu menyambut komitmen dan inisiatif berbagai lembaga internasional, kelompok negara atau negara-negara lain secara sendiri-sendiri dalam meningkatkankerja sama yang lebih erat dalam penyediaan sumber daya pembiayaan, dukungan teknis, dan sumber daya lain untuk membantu Indonesia sebagai negara berkembang mengatasi "digital divide". Dengan kenyataan tersebut, pemerintah dengan ini menyatakan komitmen untuk melaksanakan kebijakan serta melakukan langkah-langkahdalam bentuk program aksi yang dapat secara nyata mengatasi "digital divide", dengan arah pengembangan sebagai yang dimaksud dalam isi kerangka kebijakan ini.

a. Layanan Telematika dibidang Informasi

Penggunaan teknologi telematika dan aliran informasi harus selalu ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk pemberantasan kemiksinan dan kesenjangan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selain itu, teknologi telematika juga harus diarahkan untuk menjembatani kesenjangan politik dan budaya serta meningkatkan keharmonisan di kalangan masyarakat

Wartel dan Warnet memainkan peranan penting dalam masyarakat. Warung Telekomunikasi dan Warung Internet ini secara berkelanjutan memperluas jangkauan pelayanan telepon dan internet, baik di daerah kota maupun desa, bagi pelanggan yang tidak memiliki akses sendiri di tempat tinggal atau di tempat kerjanya. Oleh karena itu langkah-langkah lebih lanjut untuk mendorong pertumbuhan jangkauan dan kandungan informasi pelayanan publik, memperluas pelayanan kesehatan dan pendidikan, mengembangkan sentra-sentra pelayanan masyarakat perkotaan dan pedesaan, serta menyediakan layanan "e-commerce" bagi usaha kecil dan menengah, sangat diperlukan. Dengan demikian akan terbentuk Balai-balai Informasi. Untuk melayani lokasi-lokasi yang tidak terjangkau oleh masyarakat.

b. Layanan Telematika di bidang Keamanan

Layanan telemaatika juga dimanfaatkan pada sektor – sektor keamanan seperti yang sudah dijalankan oleh Polda Jatim yang memanfaatkan TI dalam rangka meningkatkan pelayanan keamanan terhadap masyarakat. Kira-kira sejak 2007 lalu, membuka layanan pengaduan atau laporan dari masyarakat melalui SMS dengan kode akses 1120. Selain itu juga telah dilaksanakan sistem online untuk pelayanan di bidang Lalu Lintas. Polda Jatim memiliki website di http://www.jatim.polri.go.id, untuk bisa melayani masyarakat melalui internet. Hingga kini masih terus dikembangkan agar dapat secara maksimal melayani masyarakat. Bahkan Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polda Jatim sudah banyak memanfaatkan fasilitas website ini dan sangat bermanfaat dalam menangani kasus-kasus yang sedang terjadi dan lebih mudah dalam memantau setiap perkembangan kasus atau laporan, baik laporan dari masyarakat maupun laporan internal untuk Polda Jatim sendiri. Bukan hanya penanganan kasus kejahatan semata, tapi juga termasuk laporan terkait lalu lintas, intelijen, tindak pidana ringan (tipiring) di masyarakat, pengamanan untuk pemilu, termasuk laporan bencana alam. Masyarakat juga bisa menyampaikan uneg-uneg atau opini mengenai perilaku dan layanan dari aparat kepolisian melalui email atau website . Semoga saja daerah – daerah lainnya yang tersebar diseluruh Indonesia dapat memanfaatkan teknologi telematika seperti halnya Polda Jatim agar terciptanya negara Indonesia yang aman serta disiplin.
Indonesia perlu menciptakan suatu lingkungan legislasi dan peraturan perundang-undangan.Upaya ini mencakup perumusan produk-produk hukum baru di bidang telematika (cyber law) yang mengatur keabsahan dokumen elektronik, tanda tangan digital, pembayaran secara elektronik, otoritas sertifikasi, kerahasiaan, dan keamanan pemakai layanan pemakai layanan jaringan informasi. Di samping itu, diperlukan pula penyesuaian berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ada, seperti mengatur HKI, perpajakan dan bea cukai, persaingan usaha, perlindungan konsumen, tindakan pidana, dan penyelesaian sengketa. Pembaruan perauran perundang-udangan tersebut dibutuhkan untuk memberikan arah yang jelas, transparan, objektif, tidak diskriminatif, proporsional, fleksibel, serta selaras dengan dunia internasional dan tidak bias pada teknologi tertentu. Pembaruan itu juga diperlukan untuk membentuk ketahanan dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman dan kejahatan baru yang timbul sejalan dengan perkembangan telematika.
c. Layanan Context Aware dan Event-Based
Di dalam ilmu komputer menyatakan bahwa perangkat komputer memiliki kepekaan dan dapat bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya berdasarkan informasi dan aturan-aturan tertentu yang tersimpan di dalam perangkat. Gagasan inilah yang diperkenalkan oleh Schilit pada tahun 1994 dengan istilah context-awareness.
context-awareness adalah kemampuan layanan network untuk mengetahui berbagai konteks, yaitu kumpulan parameter yang relevan dari pengguna (user) dan penggunaan network itu, serta memberikan layanan yang sesuai dengan parameter-parameter itu. Beberapa konteks yang dapat digunakan antara lain lokasi user, data dasar user, berbagai preferensi user, jenis dan kemampuan terminal yang digunakan user. Sebagai contoh : ketika seorang user sedang mengadakan rapat, maka context-aware mobile phone yang dimiliki user akan langsung menyimpulkan bahwa user sedang mengadakan rapat dan akan menolak seluruh panggilan telepon yang tidak penting. Dan untuk saat ini, konteks location awareness dan activity recognition yang merupakan bagian dari context-awareness menjadi pembahasan utama di bidang penelitian ilmu komputer.
Tiga hal yang menjadi perhatian sistem context-aware menurut Albrecht Schmidt, yaitu:
1. The acquisition of context
Hal ini berkaitan dengan pemilihan konteks dan bagaimana cara memperoleh konteks yang diinginkan, sebagai contoh : pemilihan konteks lokasi, dengan penggunaan suatu sensor lokasi tertentu (misalnya: GPS) untuk melihat situasi atau posisi suatu lokasi tersebut.
2. The abstraction and understanding of context
Pemahaman terhadap bagaimana cara konteks yang dipilih berhubungan dengan kondisi nyata, bagaimana informasi yang dimiliki suatu konteks dapat membantu meningkatkan kinerja aplikasi, dan bagaimana tanggapan sistem dan cara kerja terhadap inputan dalam suatu konteks.
3. Application behaviour based on the recognized context
Terakhir, dua hal yang paling penting adalah bagaimana pengguna dapat memahami sistem dan tingkah lakunya yang sesuai dengan konteks yang dimilikinya serta bagaimana caranya memberikan kontrol penuh kepada pengguna terhadap sistem.
Sumber : http://helenamayawardhani.wordpress.com/2009/07/17/context-awareness/

d. Layanan Perbaikan Sumber

TELEMETIKA UNTUK MEMPERSATUKAN BANGSA DAN MEMBERDAYAKAN RAKYAT

Indonesia pada saat ini tengah dalam masa transisi menuju negara demokrasi. Dengan sistem pemerintahan yang terdesentralisasi dalam negara kesatuan dan
persatuan bangsa yang kukuh. Untuk mempercepat proses demokrasi dalam kesatuan dan persatuan tersebut, Indonesia harus mampu mendayagunakan potensi teknologi telematika untuk keperluan :

- meniadakan hambatan pertukaran informasi antar masyarakat dan antar wilayah
negara, karena hanya dengan demikian berbagai bentuk kesenjangan yang
mengancam kesatuan bangsa dapat teratasi secara bertahap;

- memberikan kesempatan yang sama serta meningkatkan ketersediaan informasi
dan pelayanan publik yang diperlukan untuk memperbaiki kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat, serta memperluas jangkauannya agar dapat mencapai
seluruh wilayah negara;

- memperbesar kesempatan bagi usaha kecil dan menengah untuk berkembang
karena dengan teknologi telematika mampu memanfaatkan pasar yang lebih luas

- meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kemampuan inovasi dalam sektor
produksi, serta memperlancar rantai distribusi,agar daya saing ekonomi
nasional dalam persaingan global dapat diperkuat;

- meningkatkan transparansi dan memperbaiki efisiensi pelayanan publik, serta
memperlancar interaksi antar lembaga-lembaga pemerintah, baik pada tingkat
pusat maupun daerah, sebagai landasan untuk membentuk kepemerintahan yang
efektif, bersih,dan berorientasi pada kepentingan rakyat.

TELEMATIKA DALAM MASYARAKAT DAN UNTUK MAYSARAKAT

2. Penggunaan teknologi telematika dan aliran informasi harus selalu ditujukan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk pemberantasan
kemiksinan dan kesenjangan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Selain itu, teknologi telematika juga harus diarahkan untuk menjembatani
kesenjangan politik dan budaya serta meningkatkan keharmonisan di kalangan
masyarakat.
5. Sektor swasta harus berperan aktif dalam penyediaan informasi serta
mengembangkan berbagai aplikasi yang diperlukan oleh masyarakat.Oleh karena
itu, pemerintah akan berupaya untuk mendorong perkembangan industri
"information content" dan aplikasi. Pendayagunaan perangkat lunak "open
sources" perlu mendapakan perhatian khusus.

6. Di pihak lain, pendayagunaan teknologi telematika sering terhambat oleh
kemampuan masyarakat menggunakannya, di mana bahasa seringkali merupakan
salah satu faktor penghambat. Agar difusi teknologi telematika dapat
dipercepat dan diperluas, maka di samping meningkatkan kemampuan
mendayagunakan teknologi telematika, pemerintah akan memberikan perhatian
khusus bagi berkembangnya standard dan piranti antarmuka berbasis bahasa
Indonesia untuk mempermudah penggunaan produk teknologi telematika bagi
penduduk yang tidak mampu berbahasa asing.

INFRASTRUKTUR INFORMASI NASIONAL

7. Infrastruktur jaringan informasi tidak saja diperlukan oleh masyarakat untuk
mengakses dan mendistribusikan informasi, baik di dalam negeri maupun global,
namun telah menjadi infrastruktur ekonomi yang sangat penting. Untuk dapat
memanfaatkan teknologi telematika yang berkembang dengan cepat, Indonesia
harus mengatasi tantangan moderenisasi dan perluasan infrastruktur informasi
nasional. Dunia usaha merupakan pendorong perkembangan infrastruktur
informasi nasional yang sangat penting, baik untuk menggalang investasi untuk
membangun infrastruktur tersebut maupun untuk mengembangkan berbagai inovasi
yang diperlukan bagi peningkatan kinerja jaringan informasi.

8. Indonesia akan terus menerus menumbuhkan pasar yang kompetitif bagi bisnis
telematika agar sektor swasta dapat berkembang secara efisien, serta
memantapkan strategi dan inisiatif untuk mendorong partisipasi internasional
dalam perluasan dan peningkatan kualitas jaringan informasi. Indonesia juga
harus memanfaatkan peningkatan skala ekonomi dan kemampuan teknologi yang
terbentuk, untuk menstimulasi pertumbuhan industri jasa dan industri yang
menghasilkan produk telematika.

9. Pemerintah pada dasarnya akan lebih berperan sebagai fasilitator dan
motivator. Dalam hubungan ini pemerintah akan secara terarah mengembangkan
berbagai bentuk kerjasama dan kemitraan dengan sektor swasta nasional, serta
menyediakan fasilitasi dan insentif agar sektor swasta dapat berperan secara
maksimal. Pemerintah pusat dan daerah dalam batas-batas kemampuannya harus
mempertimbangkan adanya sistem pendanaan yang cerdik dan kreatif untuk secara
langsung atau tidak langsung mendorong perkembangan layanan jaringan
informasi bagi usaha kecil menengah serta bagi masyarakat di daerah pedesaan,
yang tidak dapat terlayani secara komersial.

10. Pemerintah juga akan secara proaktif berperan sebagai katalis untuk
memfasilitasi interaksi dan komunikasi antar pihak-pihak yang berkepentingan,
serta mengembangkan kolaborasi dengan pihak-pihak luar negeri untuk berbagai
hal yang menyangkut pengembangan infrastruktur informasi nasional, termasuk
menyusun legislasi dan peraturan yang dapat memberikan kepastian dan
kenyamanan bagi investasi serta kegiatan bisnis di bidang telematika.

SEKTOR SWASTA DAN IKLIM USAHA

11. Perkembangan bisnis berbasis teknologi telematika, baik dalam tingkat skala
maupun lingkupnya, menentukan laju difusi teknologi ini ke dalam kegiatan
ekonomi dan kehidupan masyarakat. Sektor swasta memainkan peran yang penting
dalam mentransformasikan teknologi telematika yang sangat potensial itu
menjadi barang dan jasa yang diperlukan.

12. Indonesia saat ini dalam proses untuk mempercepat transisi di bidang
telekomunikasi dari lingkungan usaha yang monopolistik ke lingkungan usaha
yang kompetitif. Inisiatif tersebut dilaksanakan dengan membuka kesempatan
bagi sektor swasta untk memasuki bisnis jaringan dan jasa telekomunikasi,
termasuk penyiaran; mewujudkan kesetaraan peran sektor swasta dengan BUMN
dalam penyelenggaraan bisnis telematika; menciptakan kebijakan dan kerangka
peraturan perundang-undangan yang transparan; membentuk sistem dan lembaga
regulasi yang independen;dan menyediakan insentif yang selaras dengan
persyaratan pasar untuk mempercepat perkembangan industri jasa dan jaringan
telematika serta industri produk telematika menuju kelas dunia.

13. Indonesia perlu menciptakan suatu lingkungan legislasi dan peraturan
perundang-undangan yang dapat mendorong perkembangan "e-commerce"dan berbagai
pemanfaatan jaringan informasi. Upaya ini mencakup perumusan produk-produk
hukum baru di bidang telematika (cyber law) yang mengatur keabsahan dokumen
elektronik, tandatangan digital,pembayaran secara elektronik, otoritas
sertifikasi, kerahasiaan, dan keamanan pemakai layanan jaringan informasi.
Di samping itu, diperlukan pula penyesuaian berbagai peraturan perundang-
undangan yang telah ada, seperti yang mengatur HKI, perpajakan dan bea cukai,
persaingan usaha, perlindungan konsumen, tindakan pidana, dan penyelesaian
sengketa. Pembaruan peraturan perundang-undangan itu dibutuhkan untuk
memberikan arah yang jelas, transparan, objektif, tidak diskriminatif,
proporsional, fleksibel, serta selaras dengan dunia internasional dan tidak
bias pada teknologi tertentu. Pembaruan itu juga diperlukan untuk membentuk
ketahanan dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman dan kejahatan baru yang
timbul sejalan dengan perkembangan telematika.

14. Agar sumberdaya telematika yang terbatas dapat teralokasi secara wajar dan
efisien serta melindungi kepentingan masyarakat, jangkauan pembaharuan sistem
peraturan dan perundang-undangan di bidang telematika harus mengarah menuju
terbentuknya sistem yang bebas dari kepentingan sepihak. Untuk itu akan
diadakan tinjauan ulang, penyesuaian, dan restrukturisasi terhadap lembaga-
lembaga regulasi agar dapat diberdayakan serta terbebas dari semua bentuk
konflik kepentingan, termasuk perlakuan khusus dan berbagai kepentingan BUMN
yang dapat menghambat kompetisi.

15. Pemerintah bertekad dengan berbagai cara menciptakan serta terus menerus
memelihara dan meningkatkan lingkungan usaha yang kondusif dan kompetitif,
agar sektor swasta dapat berkembang untuk mendorong penyebaran teknologi
telematika di dalam negeri secara meluas sampai kesemua kabupaten, kecamatan,
dan desa, serta mempenetrasi pasar luar negeri.

PENINGKATAN KAPASITAS DAN TEKNOLOGI

16. Pada saat ini pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan tidak dapat
dilaksanakan tanpa kemajuan teknologi dan penerapannya. Pemerintah dan sektor
swasta perlu meningkatkan dukungan bagi pembentukan dan penyebaran kemampuan
iptek melalui program pendidikan dan penelitian pengembangan, serta
aplikasinya ke dalam dunia usaha secara luas.

17. Pemerintah dalam perannya sebagai katalis dalam memfasilitasi komunikasi dan
membangun konsensus antara pihak-pihak yang berkepentingan, menyadari penting
nya potensi pendayagunaan teknologi telematika untuk memperluas jangkauan dan
meningkatkan kualitas pendidikan. Pemerintah bersama-sama dengan pihak-pihak
terkait akan melaksanakan dan mendorong partisipasi sektor swasta dalam
mengembangkan program-program belajar jarak jauh, serta memanfaatkan tawaran
kerjasama internasional bagi keperluan peningkatan kemampuan teknis dan
pembelajaran berkelanjutan bagi seluruh masyarakat.

GOVERNMENT ON-LINE

Penerapan jaringan informasi di lingkungan pemerintah pusat dan daerah secara terpadu telah menjadi prasyarat yang penting untuk mencapai "good governance" dalam rangka meningkatkan transparansi,akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan kepemerintahan guna antara lain memperbaiki pelayanan publik, meningkatkan efisiensi pelaksanaan otonom daerah, serta mengurangi berbagai kemungkinan kebocoran anggaran.

TIM KOORDINASI TELEMATIKA INDONESIA (TKTI)

TKTI mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan dan memelopori program aksi dan inisiatif untuk meningkatkan perkembangan dan pendayagunaan teknologi telematika di Indonesia, serta memfasilitasi dan memantau pelaksanaannya. Agar program aksi dan inisiatif tersebut dapat dilaksanakan secara efektif, TKTI akan menkoordinasikan interaksi antar instansi pemerintah terkait, baik di pusat maupun daerah, agar pelaksanaan tugas dan fungsinya masing-masing dapat saling tunjang menunjang serta terpadu. TKTI juga akan berupaya mendorong keikutsertaan sektor swasta secara maksimal.

Untuk keperluan itu, TKTI juga akan memperkuat kemampuan menggalang sumber daya yang ada di Indonesia guna mendukung keberhasilan pelaksanaan semua arah pengembangan dan pendayagunaan teknologi telematika seperti yang tercakup didalam dokumen ini, melaksanakan forum untuk membangun konsensus antar pihak- pihak terkait di sektor pemerintah dan swasta, serta mengakses pengalaman internasional dalam mengembangkan sistem infrastruktur informasi nasional.TKTI akan mengakses kemungkinan untuk bekerjasama dengan berbagai lembaga internasional dan regional,untuk memperoleh masukan masukan strategis dibidang kebijakan dan peraturan perundang-undangan,mengembangkan sejumlah proyek percontohan untuk menstimulasi perkembangan telematika di Indonesia, serta mendapatkan dukungan teknis, pembiayaan, dan dukungan lainnya secara terpadu.

Arsitektur Telematika

Arsitektur system harus berdasarkan konfigurasi sistem secara keseluruhan yang akan menjadi tempat dari DBMS, basis data dan aplikasi yang memanfaatkannya yang juga akan menentukan bagaimana pemakai dapat berinteraksi dengannya. Seiring dengan kemajuan teknologi, aristektur tersebut semakin beraneka ragam atau semakin banyak jenisnya dan berubah pula keunggulannya. Yang harus menjadi pertimbangan utama dalam menentukan arsitektur sistem, yang paling cocok tentu saja bukan hanya keunggulan teknologinya saja, kita harus mempertimbangkan pula faktor biaya dan yang sesuai dengan kebutuhan nyata ditempat dimana sistem akan digunakan. Beberapa jenis arsitektur yang dapat digunakan adalah :

a. Sistem tunggal/ Mandiri (Stand Alone)
b. Sistem Tersentralisasi (Centralize System)
c. Sistem Client Server

Arsitektur sistem Client-Server

Arsitektur client-server dapat diibaratkan setiap komputer memiliki tugas yang berbeda dan bisa dioptimalkan untuk tugas tertentu. Misalkan pada DBMS terdapat didalam satu komputer tetapi banyak aplikasi yang mengakses database dan semua client melakukan permintaan dari database yang sama. Program yang menerima dan melayani permintaan ini adalah DBMS dan komputer yang menjalankan database disebut server database. Aplikasi sebagai client yang tidak mengetahui bagaimana data disimpan dalam database. Pada arsitektur client-server, aplikasi dipecah kedalam dua komponen utama yang bekerjasama untuk mencapai satu tujuan bersama. Komponen komponen ini disebut dengan tier (tingkat) dan setiap tingkat mengimplementasikan fungsi yang berbeda. Menurut Evangelos Petroustos diklasifikasikan menjadi dua model yaitu:

a. Model Dua Tingkat (Two-Tier)
.
Tingkat pertama dari model two-tier adalah client tier atau presentation layer yang dijalankan pada client. Tingkat ini mengandung kode yang menampilkan data dan berinteraksi dengan user. Aplikasi client meminta data dari database dan menampilkannya pada salah satu atau lebih form tampilan. Setelah data berada pada komputer client aplikasi, kita bisa memprosesnya dan menampilkannya dengan berbagai cara. Komputer client mampu memanipulasi data secara lokal dan server tidak dilibatkan didalam proses ini. Jika user mengedit sebuah field aplikasi, user juga bisa meng- update database.
Tingkat kedua adalah database server atau DBMS tingkatan ini memanipulasi objek yang sangat komplek yaitu database. DBMS banyak menerima permintaan semacam yang sangat sulit dari client dan server harus bisa melayani semua permintaan client tersebut. Tugas dari server adalah mengambil data yang dibutuhkan dan mengirimkannya kepada client.

b. Arsitektur Model Tiga Tingkat (Three-tier)

Model dua tingkat adalah arsitektur yang sangat efisien untuk aplikai datasbase, biasanya aplikasi dua tingkat ini dijalankan pada LAN yang kecil. Bentuk yang paling lengkap dari aplikasi database adalah three-tier .

Tingkat ini adalah sebuah objek yang ada diantara aplikasi client-server. Yang merupakan suatu class atau banyak class yang memiliki beberapa method dan mengurung client dari server. Aplikasi client bisa memanggil method objek yang berada pada middle-tier dan mendapatkan hasilnya. Keuntungan dari middle-tier adalah lapisan mengisolasi client dari server. Client tidak lagi mengakses database tetapi mengambil method yang dimiliki oleh objek-objek pada middle-tier.
Aplikasi yang terstruktur dengan baik mengimplementasikan operasi-operasi di dalam middle-tier. Selain itunclient tidak perlu tahu bagaimanana setiap pelanggan disimpan dalam database. Jika dia bisa memanggil method addCustomer() dan mengirimkan nilai-nilai pada field (nama pelanggan, alamat dsb) sebagai argumennya, middle-tier akan menyisipkan informasi baru kedalam database dan mengembalikan nilai true jika semua berjalan lancar atau pesan error jika terjadi kesalahan.